Panggilan itu terasa dalam 1 tahun ini. panggilan itu terasa ketika saya menuangkan nasi ke dalam box dengan lauk pauknya, serta makanan cemilan dan teh kepada Ustad, guru ngaji anak2 yang selalu datang hari senin dan rabu. Entah kenapa, setiap senin dan rabu saya selalu senang hati memberi makan ustad yg akan dia bawa pulang, dan saya yakin pasti akan dimakan juga oleh istri / anaknya. terhantar doa2 yang selalu saya sisipkan, semoga saya bisa “dipanggil Allah” untuk bisa menjalankan Umroh. ketika waktu itu tiba, semoga saya diberikan kemudahan, kelancaran, makanan berlimpah dan rejeki berlimpah.
Di akhir tahun ini, tiba2 Ibu menyampaikan pesan bahwa beliau tidak bisa umroh bersama Bapak. Ibu yang biasa kami panggil Amih, akan pergi sendirian untuk Umroh. Abah tidak bisa menemani karena umurnya yang hampir 70 tahun, tidak sanggup jalan jauh. Tentunya sebagai anak tidak mungkin tega membiarkan ibunya pergi umroh sendirian. hingga akhirnya saya sampaikan saat itu juga “Nie hantar Amih umroh”.
Perjalanan memang masih pertengahan Januari 2023. namun persiapan sudah dimulai dari sekarang dengan menonton youtube untuk memperkuat mental, menyicil keperluan selama umroh, doa-doa dan mempelajari tata caranya. Bismillah, semoga dilancarkan.
Leave a comment